Matahari dan bulan adalah makhluk (ciptaan) Allah SWT, sampai
detik ini kedua makhluk tersebut taat (tunduk/sujud) dengan perintah Allah
untuk bergerak pada porosnya dan berkeliling pada garis edarnya. Dalam Al Quran
ada 10 ayat lebih yang menerangkan tentang matahari dan bulan (QS. 13:2, 14:33,
16:12, 21:33, 29:61, 31:29 dst.), berikut ini salah satunya :
وَسَخَّرَ لَكُمُ
ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ دَآئِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ
(٣٣)
“Dan Dia (Allah) telah menundukkan
(pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya);
dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.” (QS.
Ibrahim 14:33)
Maka selaku manusia yang taat kepada Allah Ta’ala, ketika
melihat makhluk lain bersujud kepada-Nya, Apakah kita akan menentang untuk
tidak bersujud ketika mendengar berita atau mengalami terjadinya gerhana? Tentu
tidak, manusia yang taat akan ikut bersujud ketika ditampakkan tanda-tanda
kekuasaan Allah atas ciptaan-Nya yang bersujud kepada-Nya.
Dalam surat dan ayat lain Allah berfirman,
وَمِنْ ءَايَٰتِهِ
ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ
وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ (٣٧)
“Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari
maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu
hendak sembah.” (QS. Al Fushilat 41:37)
Matahari dan bulan dengan fenomena gerhana ditunjukan oleh Allah
kepada manusia bahwa keduanya tetap tunduk. Kenapa Allah tunjukan/tampakan
ketundukan bulan dan matahari? Jawabannya ada di dalam Al Quran, agar
manusia dapat menyaksikan kekuasaan Allah dengan modal yang diberikan-Nya
kepada tiap-tiap manusia. Modal apa yang sebenarnya Allah berikan kepada tiap
manusia? Berikut ayatnya,
قُلْ هُوَ ٱلَّذِىٓ
أَنشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۖ
قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ (٢٣)
“Katakanlah: “Dialah Yang menciptakan
kamu (manusia) dan menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati”.
(Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur.” (QS.67:23).
Modal yang diberikan Allah kepada manusia ada 3, yaitu:
pendengaran, penglihatan dan hati. Maka Allah Ta’ala perlihatkan gerhana
agar manusia dapat melihat dengan mata-nya, mendengar berita tentang gerhana
dengan telinga-nya, kalau matahari dan bulan tetap bersujud (tunduk) kepada
Allah, tapi amat sedikit dari manusia yg bersyukur (memahami dengan
hati-nya/ikut bersujud kepada Allah).
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Muhammad berkata,
telah menceritakan kepada kami Hisyam telah mengabarkan kepada kami Ma’mar dari
Az Zuhri dan Hisyam bin ‘Urwah dari ‘Urwah dari ‘Aisyah berkata, “Pernah
terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka beliau berdiri melaksanakan shalat bersama orang banyak, beliau
memanjangkan bacaan, lalu rukuk dengan memanjangkan rukuk, kemudian mengangkat
kepalanya, lalu membaca lagi dengan memanjangkan bacaannya namun tidak
sebagaimana panjang bacaan yang pertama. Kemudian beliau rukuk lagi dengan
memanjangkan rukuk, namun tidak sepanjang rukuk yang pertama, lalu mengangkat
kepalanya kemudian sujud dua kali. Beliau kemudian berdiri kembali dan
mengerjakan seperti pada rakaat pertama. Setelah itu beliau bangkit dan
bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan tidak akan mengalami gerhana
disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua
tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, yang Dia perlihatkan kepada hamba-hambaNya.
Jika kalian melihat gerhana keduanya, maka segeralah mendirikan shalat.” Shahih Bukhari No. 998.
Andaikata ada yang kurang paham dalam memahami terjemahan dari
Al Quran dan As Sunnah, maka jangan segan-segan untuk bertanya kepada orang
yang berilmu (ulama). Definisi ulama menurut Al Quran sangat luas berikut
informasi tersebut
وَمِنَ النَّاسِ
وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا
يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
(٢٨)
Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam
warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya,
hanyalah ulama (orang berilmu). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun. (QS. Faatir 35:28)